13 Jan 2018

Napak Tilas Benteng Belanda Di Cikahuripan Lembang Bandung Barat



Photo dok.Sigit cikahuripan 
Tabloid News Tipikor - Suatu upaya pendataan dan pendokumentasian peristiwa sejarah di Kabupaten Bandung Barat.
( Di kutip dari Nara sumber putra daerah Kang Sigit Cikahuripan)

Lokasi benteng Cikahuripan merupakan bangunan cagar budaya yang dikelola oleh LMDH-HPD CIKAHURIPAN dan Perhutani dengan Kelompok Sadar Wisata ( POKDARWIS ) Tjikahoeripan Gebied,Dilihat kondisinya, benteng Belanda ini masih utuh.

Lokasinya terletak di Blok Cisaroni, Kampung Cisaroni RW 08 Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Jika melihat ciri-ciri umum benteng ini mempunyai struktur bangunan yang berbentuk segi empat, yang memperlihatkan kekokohan suatu bangunan benteng. Dengan tinggi ±10 meter, luas hingga 5.000 m2 hingga 10.000 m2, tebal dinding 1 – 1,5 meter, tebal lantai 1 – 120 meter dan mempunyai dua lantai.

Lantai pertama mempunyai 4 pintu gerbang, ruangan besar, ruangan kecil, pintu penghubung antar ruangan maupun pintu keluar benteng, ±8 anak tangga, ke latai dua, dan dua tangga darurat. Sedangkan pada lantai dua, memiliki pintu penghubung, jendela, ruangan besar, ruangan kecil berbagai ukuran, dan ±4 anak tangga yang menghubungkan ke bagian atap benteng.
Atap benteng sendiri terbuat dari batu bata merah yang sangat kokoh dan dibuat menyerupai bukit-bukit kecil sehingga sangat ideal untuk tempat pertahanan dan sekaligus untuk mengintai lawan/musuh.

Benteng ini dibangun bentuk memanjang dan melingkar sehingga menjadi Markas Pertahanan Militer, Benteng di Cikahuripan umumnya adalah tipe benteng yang didasari pada dikotomi geografis pedalaman, topologi budaya agraris, atau administratif (pusat kekuasaan dan daerah taklukan atau vasal).
Kekuatan Bangunan benteng Belanda ini sangat kuat, karena rata-rata pondasi bangunanya menggunakan batu pada seluruh permukaan dindingnya.

Dari segi warna, bangunan berarsitektur Belanda ini memiliki warna yang simple (selalu warna putih mendominasi). Ciri benteng Di Cikahuripan memiliki ciri khas tersendiri yang menunjukkan identitas suatu benteng.
Menurut keterangan mantan veteran pejuang 1945, Abah Aseh yang sekarang tinggal di Kampung Cidepong Desa Sumur Bandung Barat Cipatat, bahwa benteng Di Cikahuripan ini diperkirakan dibangun tahun 1917. Pada tahun 1917 ini, sebagai  Gubernur Jenderal pemerintahan Hindia Belanda, yaitu Graaf Van Johan Paul Limburg Stirrum yang menjabat dari tahun 1916-1920.

Dan masa pemerintahan Bupati Bandung R.A.A. Martanagara, tahun 1893 – 1918. Benteng ini terletak di atas bukit, sehingga sangat strategis untuk memantau jalan raya Lembang-Parongpong serta Stasiun Peneropongan Bintang Boschca. Kokoh benteng ini disiapkan untuk menghadapi Perang Dunia ke II, sekaligus untuk menghadapi serangan tentara Jepang, yang datang ke Jawa Barat melalaui Kalijati, Ciater, Lembang dan selanjutnya menuju Bandung.

Menurut keterangan Abah Aseh, bahwa di atas bukit ini, ditempatkan jenis senjata artileri medan atau artileri gunung, dan meriam penangkis serangan udara, serta moncong senjata mitraliur berat jenis Browning kaliber 12,7 mm yang siap memuntahkan peluru ke arah penyerang yang datang.

Pada Waktu Pasukan Abah Aseh dengan Pleton Kusnadi Kompi Endang Rahman Resimen VI menyerang Benteng tersebut, maka terjadilah pertempuran TRI dengan tentara Belanda Mei 1946, Kawasan Benteng Di Cikahuripan Lembang.Dalam pertempuran tersebut Prajurit Sukiman menembakan peluru mortir, namun tidak meledak.

Untuk mengatasi macetnya mortir, prajurit Soekiman memasukan tanganya ke lubang peluncur mortir guna memperbaikinya.
Melihat kejadian itu seluruh anggota pasukan Pleton lari menghindar serta menjauhi prajurit Soekiman. Hal ini bukan takut oleh Tentara Belanda, namun karena kehawatiran mortir yang diambil sukiman meledak.

Keterangan lain, diperoleh dari Abah Amar Sudarman pelaku sejarah sekarang tinggal di Jalan Kampung Radio Cililin, menjelaskan bahwa keberadaan benteng Cikahuripan, pada awalnya memiliki peranan strategis bagi pemerintahan Belanda, dimana perencanaan Belanda bahwa di Lembang akan dibangun basis pendidikan dan pelatihan militer tentara Belanda.
Namun karena adanya beberapa pertimbangan strategi pertahanan, yang dianggap kurang menguntungkan,
akhirnya Belanda mengalihkan pusat pendidikan dan pelatihan militernya ke wilayah Cimahi.Benteng Di Cikahuripan adalah bangunan yang diperuntukan bagi keperluan militer, dibangun untuk keperluan pertahanan dalam situasi peperangan.
Benteng Di Cikahuripan berfungsi sebagai suatu konteks pertahanan dalam peperangan, khususnya yang terjadi pada masa perang antara Belanda dengan Jepang dan perang antara Belanda dengan TRI.

Setelah Belanda kalah oleh Jepang Benteng ini tidak dihuni lagi, namun seiring datangnya tentara Inggris ke Indonesia, pada bulan Oktober 1945 yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang,dan membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta  memulangkan tentara Jepang ke negerinya.
Namun disayangkan datangnya tentara Inggris ini bertujuan untuk mengembalikan Indonesia dalam kekuasan administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda, yaitu dengan sebutan NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Dengan bercokolnya Belanda di Jawa Barat serta disepakatinya perjanjian garis demarkasi antara Belanda dan TRI, maka Benteng Di Cikahuripan Lembang yang masuk wilayah Bandung Utara dikuasai oleh Tentara Belanda yang berakhir tahun 1949. Selanjutnya untuk diketahui oleh teman-teman, sebagai bukti sejarah, bahwa benteng selain basis pertahanan tentara Balanda terhadap serangan tentara Jepang juga sebagai basis pertahanan dalam perang kemerdekaan antara Berlanda dengan TRI.

Untuk mengetahui benteng itu pernah dikuasai tentara Belanda, Hal ini dapat ditelusuri dengan ditemukannya pistong atau selongsong peluru serta serpihan-serpihan senjata sisa perang yang ditemukan oleh Sigit dari Kelompok Sadar Wisata ( POKDARWIS ) TJIKAHOERIPUN GEBIED sekaligus sebagai Anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan dan Haluan Pangkuan Desa (LMDH-HPD).
Berdasarkan hasil penelusuran, bahwa informasi yang diperoleh, terungkap suatu cerita, bahwa  nomor kodefikasi selongsong peluru, tertera Nomare 303 British.

Hal ini menjelaskan bahwa peluru ini menunjukan senjata jenis Lee-Enfield dengan Tipe: Bolt-Action Battle Rifle Asal: Inggris Raya Kaliber: 303-Enfield Panjang: 110 cm Berat: 4 kg Kapasitas Magasin: 10 Peluru dan jarak tembak efektif: 500 meter, dengan periode pemakaian tahun 1943.
Melihat kode tersebut, artinya kita dapat meyakinkan bahwa senjata inilah yang digunakan oleh tentara Inggris dan Belanda dalam perang Kemerdekaan di Indonesia.

Peristiwa sejarah yang berkaitan dengan Benteng Cikahuripan, menurut keterangan  Abah Aseh dan Abah Amat yang tingal di Kampung Parakansalam Desa Nyalindung, bahwa pada zaman gerombolan DI/TII, benteng Cikahuripan pernah menjadi tempat pertempuran antara TNI dengan Gerombolan pengacau, yang diperkirakan tahun 1957.

Berkat kekuatan TNI yang dibantu oleh Organisasi Keamanan Desa (OKD) Gerombolan DI/TII dapat dipukul mundur, mereka  melarikan diri ke hutan-hutan disekitar kawasan Gunung Putri.
Sebagai bukti telah terjadinya pertempuran. Hal ini didasarkan dengan penemuan selongsong peluru berkode PSM 5 dan PSM 8. Jenis peluru tersebut adalah amunisi senjata-senjata yang dimiliki oleh TNI, yang diproduksi oleh Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) di Daerah Kiaracondong Bandung Tahun 1950.
Artinya pengunaan peluru-peluru tadi telah dipakai oleh TNI dari tahun 1950 s.d 1960 pada masa penumpasan Gerombolan DI/TII yang melakukan aksi makarnya di Jawa Barat.
Perlu diketahui pula sebelum adanya nama (PSM) pabrik senjata itu bernama Artillerie Constructie Winkel (ACW) yang didirikan tahun 1923, milik Pemerintah Belanda.
Perubahan nama tersebut seiring dengan penyerahan kekuasaan Pemerintahan Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia serta proses Nasionalisasi Perusahaan Indonesia, pada tahun 1950.
Tahun 1958 PSM berganti menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat kemudian berubah nama menjadi PINDAD dan pada tahun 1983 status PINDAD berubah menjadi BUMN.
Itulah sekilas cerita tentang benteng Di Cikahuripan.

semoga bermanfaat bagi kita semua Dan kami mohon informasi dari Opini sepuh serta tokoh masyarakat lainnya yang mengetahui tentang Benteng Di Cikahuripan,
kiranya dapat berbagi cerita untuk melengkapi sejarah atau cerita Benteng Di Cikahuripan yang lebih lengkap. Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.
salam : Kelompok sadar wisata Tjikahoeripan Gebied,Tutur Kang Sigit. (Asep M. Tpk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terkait Pungli,Camat Pagedangan Di Berhentikan Sementara

Sekretaris Daerah (Sekda) Maesyal Rasyid saat memberikan keterangan kepada awak media terkait kasus Pungli yang dilakukan Camat Pagedangan...